Soetardjo Soerjogoeritno, H BSc

Politisi Senior Politisi senior dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini sudah kenyang makan asam garam di pentas politik Indonesia. Sejak muda, sudah aktif berkegiatan politik antara lain sebagai anggota PNI (1950-1973), pimpinan PNI (1964). Melalui Partai Nasional Indonesia inilah Mbah Tardjo --panggilan akrab sekarang-- ia berkiprah.
Mantan guru ini kemudian menempati berbagai posisi seperti Sekretaris II DPC PNI Sleman (1966), Ketua DPC PNI Sleman (1969-1977), Sekretaris DPD PNI Yogyakarta (1970-1982). Hingga awal tahun 1980-an wilayah politik Mbah Tarjo masih ditingkat daerah tingkat dua. Beberapa jabatan yang diembannya antara lain Ketua DPC PDI Sleman (1973-1988), anggota DPRD II Sleman (1967-1971), anggota DPRD I DI Yogyakarta (1971-1977), Wakil Ketua DPRD I DI Yogyakarta (1977-1982).
Sekitar akhir dasawarsa 1980-1990, Mbah Tarjo mulai merambah ke wilayah pusat. Beberapa jabatan penting yang diembannya antaran lain Wakil Ketua Fraksi Partai Demokrasi Indonesia DPR/MPR RI Pusat (1987-1993), Wakil Ketua Fraksi Partai Demokrasi Indonesia DPR/MPR RI Pusat (1993-1997). Sedang di partai jabatan strategis pun mulai dipegangnya seperti Ketua DPP PDIP (1998-2000), Ketua DPP PDI Hasil Munas (1993-1998), Ketua Kongres Luar Biasa PDI Surabaya (1993), dan Wakil Ketua DPD PDI Yogyakarta (1988-1993).
Mbah Tarjo termasuk orang yang sangat loyal kepada Megawati. Hal ini terbukti dengan sewaktu muncul masalah perpecahan dalam tubuh PDI sekitar tahun 1996, ia menganggap masalah PDI bukanlah sekedar masalah intern PDI. "Sudah menjadi masalah bangsa. Karena di situ hak asasi manusia, keadilan, dan hukum dilecehkan", demikian kata Soetardjo. Kala itu, Soetardjo meyakini dukungan massa dan simpatisan PDI berada di sisi Mega. Periode 1999-2004 di parlemen (DPR) Mbah Tardjo disibukkan dengan beberapa jabatan antara lain Pengarah Fraksi PDIP DPR RI, Wakil Ketua Bamus, Wakil Ketua DPR-RI, dan Ketua Pansus Masalah Aceh DPR RI. (ma2n dari berbagai sumber)