Basuki Teguh Yuwono Empu yang Ilmiah

Basuki Teguh Yuwono merupakan seroang peneliti yang ilmiah. Yang mau melakukan penelitian tentang keris yang sampai saat ini masih banyak yang menganggap para pengagumnya adalah orang yang tidak ilmiah. namun ia berani membuat pilihan untuk menentang arus tersebut. Bahkan secara ilmiah ia melakukan penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan.
 

Bagi Basuku kecintaanya pada keris merupakan manifestasi kecintaannya pada budaya indonesia. Ia memperoleh nilai-nilai filosofis dari keris-keris yang ia geluti selama ini.. Ia berpendapat agar budaya di negeri ini bisa berkembang pesat ada syarat yang harus dipnuhi yaitu mampu mengangkat nilai budaya luhur masa lalu serta menciptakan karya luhur yang di sesuaikan dengan kondisi zaman.

Kecintaan terhadap budaya inilah sebenarnya tidak datang dengan tiba-tiba. Keluarga merupakan salah satu yang menjadi latar belakang kecintaanya pada seni budaya jawa. Bahkan kakeknya merupakan seorang pecinta spiritualitas jawa. Dalam kisahnya waktu itu pernah menjadi buronon pemerintah kolonial belanda. Untuk menghindar dari kejaran pemerintah belanda akhirnya kakek basuki melilih menyepi di sebuah desa di Wonosari, Gondangrejo, Karanganyar. Yang saat ini dijadikan museum keris.

Suharno, ayahnya bercerita sejak kecik Basuki sudah menyenangi dunia seni. waktu masih kecil ia suka melukis diatas kanvas. Namun menurut Suharno akhirnya semenjak masuk kuliah di ISI Basuki sudah jarang melihatnya menggambar. Ia tidak mengerti secara pasti bagaimana akhirnya kegemaranya menggambar berubah menjadi kesenangan terhadap keris.

Saat kuliah di Institut Seni Indonesia (ISI) akhirnya ia ketemu dengan lingkungan baru bahkan menjadi jarang pulang kerumah. kegiatanya dihabis di lingkungan barunya. Bahkan saat Suharno berkenan menjenguk anaknya sering tidak ketemu. Karena sering di ajak dosennya untuk melakukan penelitian keluar kota. Dosen-dosen ini sering melibatkan Basuki karena kecerdasanya. Karena kecerdasanya pula Basuki sering mendapatkan beasiswa dari kampus hingga mampu meringankan biaya kuliah orang tunya. Karena kecerdasanya pula, akhirnya ia di rekrut untuk menjadi dosen di ISI.(Dari berbagai sumber)