Latest News

Panggilan Hati

Sebelum menjadi anggota DPD dari Jateng, Poppy Dharsono pernah berniat menjadi gubernur Jateng. Pada ingar-bingar Pilgub 2008, Poppy mencoba masuk ke salah satu partai untuk dicalonkan menjadi gubernur. Ia menyadari politic cost (biaya politik) memang tidak sedikit. Terlebih ada model “mahar” agar berhasil menjadi kandidat dalam suatu partai. “Soal itu saya enggak mau. Saya habis ratusan (juta rupiah) tapi bukan untuk itu, kan butuh operasional,” tuturnya.
Setelah gagal menjadi bakal calon gubernur, setahun kemudian, bersama tim yang sama, ia mantap melaju ke pemilihan anggota DPD. Kerja kerasnya menuai hasil, namanya terpilih bersama tiga orang lainnya dari Jateng. Ia mengaku bukanlah kekuasaan, kehormatan atau uang yang ia cari, melainkan ingin berbuat lebih banyak kepada masyarakat umum. “Saya ingin memberikan apa yang saya punya, ingin mendedikasikan tenaga dan pikiran untuk masyarakat Jateng.”
Poppy mengaku politik bukanlah hal awam baginya. Sejak muda, ia sering membicarakan politik lebih dari yang dilakukan anak muda lainnya. Kehidupan dan pergaulannya tak bisa lepas dari dunia politik. Ia pun tak kaget saat mengetahui praktik-praktik tidak baik saat dia melamar menjadi bakal calon gubernur. Berkiprahnya di dunia politik karena kesadaran diri berbuat banyak ke orang lain. “Ini karena panggilan hati, saya sudah merasa berkecukupan, saya ingin mengabdi pada masyarakat,” ujar dia.
Satu hal yang menurutnya harus dimiliki para politisi dan pejabat pemerintah adalah tidak menjadikan jabatan sebagai sumber penghasilan keluarga. Politisi atau kepala daerah sebaiknya harus mapan dalam hal ekonomi dulu sehingga dapat berpikir lurus, tidak mencoba korupsi dan mencari keuntungan serta maksimal memperjuangkan kesejahteraan rakyat. Jika masih memikirkan penghasilan dan kepentingan individu maka mudah dapat tergoda dengan harta. “Kalaupun sudah kaya tapi masih juga korupsi, itu namanya rakus,” tegasnya
Blusukan untuk Usaha Kecil
Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Jateng satu ini memang rajin turun ke daerah-daerah. Ia keluar masuk kampung, bertemu langsung dengan rakyat, mendengar aspirasi dan memberikan bantuan stimulan. Dalam kesempatan menjadi pembicara saat Seminar Nasional Jagongan Lurik di Pendapa Pemkab Klaten, Kamis (8/3) lalu, Poppy Dharsono, mengampanyekan lurik sebagai asli budaya Indonesia, khususnya Kabupaten Klaten.
Ia mendorong Pemkab Klaten memberikan dukungan kepada perajin kain lurik agar dapat terus berkarya dan menjadi tulang punggung ekonomi warga. Lurik ada sejak ratusan tahun silam yang dibuktikan dengan gambar di dinding candi Borobudur. Lurik itu lambang kesederhanaan, tegas dan dinamis. Poppy tak sungkan menampilkan produk lurik dalam pergelaran mode di luar negeri.
Dukungan Poppy terhadap kain lurik hanya contoh dari banyaknya dukungan Poppy terhadap keberlangsungan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Jateng. Bahkan jauh sebelum ia menjadi senator asal Jateng, wanita berlatar belakang desainer dan model ini telah mendorong UMKM. Menurutnya, usaha itu adalah denyut nadi perekonomian warga Jateng yang sebagian besar masih tinggal di pedesaan. “Untuk itu, salah satu kunci menyejahterakan rakyat adalah dengan membangun UKM,” kata dia saati ditemui Espos seusai seminar.
Ia berargumen memberdayakan rakyat khususnya harus dilakukan dengan keseriusan, sistematik dan kerja keras. “Bersama tim, saya biasa blusukan keluar-masuk kampung untuk lihat secara langsung kondisi mereka.”
Poppy terlibat langsung di beberapa aktivitas UKM seperti kopra, furnitur, kerajinan tangan, kain lurik, batik dan lainnya.
Sebagai anggota DPD, ia memberi stimulan berupa bantuan kepada masyarakat untuk dapat membantu menggerakkan UMKM. “Saya tidak semata-mata memberi dana tapi semacam stimulan,” terangnya. Dengan memberikan kail daripada ikannya, tidak membuat masyarakat menjadi pasif namun diharap dapat berkembang masif dan perkembangan usaha tersebut dapat terus di pantau, sehingga dari sisi kemanfaatan, stimulan tersebut dapat tepat sasaran.
Aspiratif dan Akomodatif
Salah satu seniman dan dalang di Solo, Jlitheng Suparman, menilai Poppy Dharsono adalah anggota DPD Jateng yang membumi dan dekat dengan masyarakat. “Beliau cukup aspiratif, akomodatif, terutama di bidang UMKM,” katanya saat dihubungi Espos, Minggu (11/3). Pengalamannya di bidang usaha kerakyatan membantu masyarakat Jateng untuk dapat mengembangkan usaha mereka. Selain itu, aktivitas di bidang sosial lainnya juga lebih dari cukup menggambarkan seorang anggota DPD.
Menurut Jlitheng, perhatian Poppy kepada masyarakat terlihat dari sejumlah kunjungannya ke sejumlah daerah dan bersentuhan langsung dengan problem masyarakat. “Perhatiannya cukup besar, aktif turun dan memberi support yang cukup kepada warga,” tuturnya.
Tak hanya mendengar, berbagai bantuan stimulan dan dukungan pun diberikan untuk membangkitkan ekonomi kerakyatan.
Di balik kepribadian Poppy yang kuat dan tegas, Jlitheng melihat Poppy mudah bergaul dengan siapa pun, tidak membeda-bedakan dan dengan supel dalam berkomunikasi. “Saya melihat sendiri, sebagai anggota DPD, ia sudah cukup dibanding anggota DPD lainnya yang jarang turun ke bawah melihat realitas. Sayang beliau hanya DPD. Seandainya anggota DPR, pasti kiprahnya akan semakin jelas, baik dalam legislasi dan otoritasnya.”
Berani ambil risiko
Istri politisi Akbar Tandjung, Nina Tandjung memiliki pandangan Poppy Dharsono merupakan sosok perempuan modern yang memiliki kepercayaan diri tinggi, berani mengambil sikap dan risiko serta siap dengan pilihannya. “Setiap pilihan pasti punya risiko masing-masing, Mbak Poppy ini orangnya sadara akan risiko itu dan sangat berani. Ia teguh pendirian dengan pilihannya dan akan memperjuangkannya,” imbuh dia yang dihubungi Espos, Minggu (11/3).
Ia melihat, tak banyak yang bisa seberani Poppy dalam bekerja dan berusaha keras, sehingga telah menjadi kesuksesan saat ini. Apa yang ia miliki saat ini, termasuk menjadi seorang politisi, adalah buah dari kerja keras dan konsistennya dengan pilihannya tersebut.
Menjadi seorang anggota DPD, Poppy Dharsono dinilai sebagai politisi yang pantas dan dekat dengan rakyatnya. “Yang namanya politisi itu ya dekat dengan rakyatnya. Saya lihat pendekatan dari beliau sangat baik, itulah yang disebut politisi yang baik. Jabatan rupanya bukan ia pakai untuk gagah-gagahan, melainkan untuk pengabdian pada masyarakat.” Politisi dengan sifat demikian, patut diteladani oleh politisi ataupun generasi muda. Seorang politisi yang tidak mendukung aspirasi rakyatnya, berarti tidak lagi dapat mengemban kepercayaan dari masyarakat.
Sumber: http://www.solopos.com

0 Response to "Panggilan Hati"