Latest News

Siap Pasang Badan Demi Pembenahan PSSI

Kecintaan FX Hadi Rudyatmo terhadap sepakbola mengantarkannya kepada peran yang begitu besar untuk membenahi karut marut persepakbolaan nasional. Rudy -begitu ia disapa- ditunjuk badan sepakbola dunia, FIFA, sebagai anggota Komite Normalisasi (KN). Tugas KN bukanlah ringan karena harus bisa menormalkan kembali aktivitas dan kondisi persepakbolaan Indonesia yang dinilai sudah abnormal karena penyimpangan ada di sana-sini.
KN yang diketuai Agum Gumelar lahir sebagai bentuk campur tangan FIFA terhadap upaya pembenahan kekacauan persepakbolaan di Tanah Air. Kegagalan Kongres PSSI di Pekanbaru yang dilakukan oleh kepengurusan Nurdin Halid menjadi pintu masuk campur tangan FIFA ke PSSI.
Posisi Rudy di tubuh KN sendiri termasuk cukup diperhitungkan. Ia adalah salah satu anggota KN yang tidak terkena gusur oleh FIFA. Oleh Agum Gumelar dan FIFA, Hadi Rudyatmo dinilai masih konsisten dengan amanah yang diembankan oleh FIFA dan belum terkooptasi oleh kepentingan tertentu di kancah pertikaian sepakbola nasional.
Awalnya, KN beranggotakan Joko Driyono (BLI), Dityo Pramono (CEO Medan Bintang), Siti Nuzanah (Arema Indonesia), Sukawi Sutarip (Ketua Pengrov PSSI Jawa Tengah), Samsul Ashar (Ketua Umum Persik Kediri) dan Satim Sofyan (Ketua Pengprov PSSI Banten) dan Hadi Rudyatmo (Persis Solo). Tapi belakangan FIFA mengganti lima anggota KN dan hanya mempertahankan Agum Gumelar, Joko Driyono dan Hadi Rudyatmo.
Sebagai gantinya, FIFA menunjuk Rendra Krisna (Presiden Kehormatan Arema FC), Sumaryoto (mantan Ketua Pengprov PSSI Jawa Tengah), Baryadi (Ketua Pengprov PSSI Sumatra Utara), dan Sinyo Aliandoe (mantan pelatih tim nasional).
“Saya tidak tahu mengapa FIFA dan Pak Agum masih mempertahankan saya. Mungkin karena saya selama ini kalau di rapat-rapat KN memang tidak kenal kompromi. Saya memang selalu mengkritisi upaya-upaya yang tidak sesuai dengan statuta FIFA maupun tugas utama yang diamanahkan kepada KN. Karena KN kan dibentuk memang untuk menjalankan tugas dari FIFA,” tandasnya.
Tugas berat KN banyak menuai tantangan dan tentangan. Namun Rudy tetap menunjukkan konsistensinya membawa amanah KN. Beberapa kali ia terlibat adu pendapat dengan anggota masyarakat sepakbola lainnya. Puncaknya adalah saat pelaksanaan Kongres PSSI pada 20 Mei lalu yang nyaris rusuh dan berakhir deadlock, hingga berbuah ancaman sanksi dari FIFA.
Peran Rudy di KN kembali jadi pembicaraan dan diperhitungkan. Ia mengecam kelompok 78 yang dinilai memaksakan kehendak. “Kala itu sebelum Pak Agum menutup kongres, saya memilih keluar ruangan duluan karena tidak kuat menahan kegeraman Kelompok 78 yang terlalu memaksakan kehendak,” ujarnya.
Bukan hanya itu, Rudy juga menyatakan mundur dari KN karena sebagian kelompok masyarakat sepakbola nasional sudah sulit diajak untuk berbenah dan tidak lagi percaya dengan KN yang notabene bentukan FIFA.
“Saya jelas tidak bisa terima, apalagi penghinaan yang diterima Pak Agum yang notabene adalah Purnawirawan Jenderal TNI yang disuruh mundur saat itu juga. Muka kita sudah tercoreng di hadapan FIFA. Sepakbola kita sudah maunya sendiri. Maka mendingan saya mundur. Kami ini kan kerja keras di KN benar-benar untuk membenahi PSSI. Kalau kerja keras, waktu dan tenaga kita kan sia-sia. Apalagi saya masih punya tugas mengurus Kota Solo karena tugas saya sebagai Wakil Walikota. Daripada mengurus PSSI yang sulit dibenahi mending ngurus Kota Solo. Makanya saat itu saya pilih mundur,” ungkap Rudy di Rumah Dinas Wakil Walikota Solo, pekan kemarin.
Kini, FIFA masih memberikan kesempatan sekali lagi kepada Indonesia untuk menggelar kongres sebelum 30 Juni. Pengunduran Rudy pun ditolak oleh Agum Gumelar. Pria berkumis tebal ini masih diminta menjadi anggota KN.
Namun Rudy berharap kongres kedua nanti berlangsung lancar. Ia juga siap pasang badan untuk suksesnya kongres demi pembenahan dan kemajuan persepakbolaan Indonesia. “Karena ini sudah prinsip, maka dibayar Rp 10 miliar pun tidak akan saya terima jika diminta menggagalkan kongres nanti,” tegas Rudy.
Selain secara tegas menolak jika ada yang ingin menyuapnya, Rudy juga tidak takut dengan beragam ancaman yang mungkin terjadi. Menurutnya, ia sudah terbiasa dengan kondisi semacam itu. “Saya sudah terbiasa mengikuti kongres, dan bahkan lebih dari itu (dengan jumlah peserta mencapai ribuan),” tegasnya. Buktinya, sikap konsistennya tersebut banyak menuai dukungan, baik secara langsung maupun lewat SMS. “SMS dukungan yang masuk mencapai 15.000 lebih, dan yang SMS teror cuma satu. Itu pun sudah saya jawab,” tandasnya.
Kini persiapan selama nyaris sebulan yang diberikan FIFA dimanfaatkannya bersama anggota KN lain untuk berkoordinasi dan menyusun strategi agar kongres kedua berjalan maksimal. “Kalau gagal lagi tentunya sanksi yang dijatuhkan akan sangat merugikan Indonesia. Contoh sanksi misalnya dikeluarkan dari keanggotaan FIFA, atau hukuman seperti negara Brunei yang tak boleh tanding selama setahun di skala internasional,” jelas Rudy.
Dampak dari sanksi itu lanjutnya, sangat luas mulai dari anak-anak berusia 13 tahun dilarang berkiprah di kompetisi internasional, Persipura tidak bisa melanjutkan AFC, pemain asing tidak bisa main di Indonesia, tidak bisa menikmati pertandingan skala internasional, dan tidak mungkinnya naturalisasi pemain bola. ”Percuma juga melakukan naturalisasi pemain, kan sudah tidak boleh bertanding di tingkat nasional,” imbuhnya.
Agar kisruh tak terulang lagi, Rudy berharap adanya kerja sama atau back up dari pemerintah untuk menjamin kongres terlaksana sesuai dengan mandat statuta FIFA dan PSSI.
Dipecat Nurdin, Diandalkan Agum
Sabtu, 04/06/2011 21:18 WIB – Sri Ningsih | Widi Purwanto
Keterlibatan Rudy di dunia sepakbola memang sudah cukup panjang. Dari pahit getir mengelola klub semacam Persis hingga dipercaya oleh organisasi sepakbola dunia, FIFA. Ia pernah berjibaku dengan beragam strategi agar Persis tetap kokoh, meski kadang digoda dengan upaya-upaya yang tidak fair dari pengelola otoritas sepak nasional. Ia juga pernah dipecat Nurdin Halid sebagai Ketua Pengcab PSSI Solo. Tapi terakhir ia justru menjadi andalan FIFA lewat Agum Gumelar selaku Ketua Komite Normalisasi.
“Ada yang bilang, saya itu di KN seperti jadi bandul penyeimbang. Kabarnya ada dua kepentingan di KN, dan saya yang tidak kemana-mana. Itu analisis yang dibisikkan ke saya, tapi kebenarannya sendiri saya enggak tahu,” ujarnya.
Suami Endang Prasetyaningsih ini mengakui keberadaannya di KN juga membawa nama Kota Solo dan masyarakat Solo lantaran ia dipilih karena menjabat sebagai Ketua Umum Persis Solo. Karena itulah ia punya tanggung jawab menjaga nama Kota Solo dan masyarakatnya. Ia tak akan goyah sedikitpun terhadap godaan atau iming-iming dari kepentingan tertentu yang sudah keluar dari amanah pembenahan sepakbola nasional.
Harapan lain dari Rudy selain keberhasilan kongres, adalah lahirnya kepengurusan PSSI yang solid dan mampu mengemban amanah dengan baik. Sehingga persepakbolaan Tanah Air bisa berkembang dan mampu berkiprah di kompetisi internasional. “Selain berjalan lancar, kongres juga harus menghasilkan kepengurusan yang maksimal,” katanya.
Sebagai antisipasi agar kongres tidak lagi berlangsung ricuh, Rudy mengusulkan adanya perubahan di sistem pengidentifikasian peserta kongres. Misalnya, adanya kartu identitas berbeda antara pemilik suara PSSI dengan peserta yang hanya sebagai peninjau. Sebab kekisruhan pada kongres kemarin tidak lepas dari sistem yang kacau ini, di mana semua peserta mulai dari pemilik suara hingga peninjau diperbolehkan masuk ruang sidang. “Itu yang membuat suasana menjadi tidak terkendali,” ungkap Rudy.
“Voter (pemilik suara) dan peserta kongres harus dipisahkan dan jangan dicampuradukkan. Dan yang boleh masuk arena pemilihan ketua umum pun hanya para voter,” tambahnya.
Kurangi Ketergantungan Dana dari APBD
Sabtu, 04/06/2011 21:18 WIB – Sri Ningsih | Widi Purwanto
Selain berhasrat ingin melihat kemajuan sepakbola nasional, FX Hadi Rudyatmo juga sangat berharap pada kemajuan persepakbolaan Solo. Sebagai Ketua Umum Persis Solo, Rudy sangat ingin persepakbolaan Kota Bengawan semakin berkualitas dan bisa mandiri.
Sisi kualitas itu terutama dilihat dari kemampuan individu pemain, baik junior maupun senior yang masih butuh pembinaan secara intensif. Tapi dalam proses pembinaan tidak bisa dimungkiri masih terkendala dengan pendanaan yang saat ini masih mengandalkan kucuran dari pemerintah. Sementara untuk Persis Solo profesional meski tidak mengandalkan dana APBD namun harus mengutang sana-sini agar tetap eksis.
“Untuk pembinaan agar berjalan lancar dan menghasilkan pemain yang berkualitas, kita akan menggandeng para pencinta-pencinta bola untuk diajak kerja sama dalam hal pendanaan,” ujar Rudy.
Di Solo sendiri menurut Rudy, selain menjamur pencinta bola juga banyak sekali pengusaha yang suka dengan bola. “Pengusaha yang suka bola diharapkan bisa berkontribusi, misalnya memberikan gaji pemain, sehingga ini akan efektif. Sebab ke depan klub sepakbola tidak lagi mengandalkan dana dari pemerintah,” ungkapnya.
Bagi Rudy, di Solo banyak sekali celah yang bisa dimanfaatkan untuk menghidupi persepakbolaan. Tapi para pemain juga harus memperbaiki kualitas sehingga bisa menjadi idola khususnya bagi pencinta bola Solo. “Para stakeholder bakal berpikir dua kali bila ingin membiayai sepakbola jika kualitasnya pas-pasan. Sehingga kualitas pemain harus ditunjukkan terlebih dahulu,” tandas Rudy.
Pencarian dana dari luar, menurut Rudy merupakan upaya untuk mengurangi ketergantungan pada dana APBD. Apalagi sebagian besar klub sepakbola nasional masih mengandalkan dana dari pemerintah daerah masing-masing.
“Tapi itu tergantung kemampuan dari klub di kota atau kabupaten masing-masing. Kalau kemampuannya masih dalam taraf pembinaan maka diikutkan saja di kompetisi amatir. Di kompetisi amatir kan mendapatkan dana dari KONI meski sedikit, dan KONI sendiri mendapatkan kucuran dana dari APBD,” imbuhnya.
Penulis : Sri Ningsih | Widi Purwanto
Sumber :http//www.harianjoglosemar.com

0 Response to "Siap Pasang Badan Demi Pembenahan PSSI"