Iga Mawarni, penyanyi jazz dan penari berkebangsaan Indonesia, lahir di Bogor, Jawa Barat, pada 24 Juli 1973. Ia merupakan anak sulung dari tiga bersaudara dan sejak kecil telah akrab dengan dunia seni. Masa kecilnya banyak dihabiskan di Solo, tempat ia mulai mengenal tari dan seni pertunjukan. Sejak duduk di bangku sekolah dasar, bakat seninya telah menonjol. Hampir setiap ajang Pekan Olahraga dan Seni (Porseni), Iga selalu menyabet juara di berbagai cabang, mulai dari menyanyi, marching band, olahraga, menari, hingga membaca geguritan atau puisi Jawa.
Prestasi tersebut berlanjut hingga masa remaja. Ketika duduk di bangku SMA, Iga kerap mewakili sekolahnya dalam lomba menyanyi dan menari tingkat provinsi. Namanya semakin dikenal ketika berhasil meraih Juara II Bintang Radio dan Televisi tingkat nasional pada tahun 1989. Kesuksesan itu membawanya masuk dapur rekaman bersama JK Record. Ia meluncurkan dua album, yaitu Ramai-Ramai dan Kasmaran. Lagu “Kasmaran” yang dirilis pada 1991 menjadi puncak popularitasnya.
Selain bernyanyi, Iga juga merambah dunia seni peran. Pada 1998, ia tampil dalam sinetron Tajuk garapan Slamet Rahardjo, memerankan tokoh wartawati. Ia pun tak pernah meninggalkan kecintaannya pada seni tari. Iga turut ambil bagian dalam berbagai pementasan, di antaranya Ketika Anggrek Hitam Berbunga karya Deddy Luthan, drama tari Cut Nyak… Perempuan itu Ada, hingga pergelaran tari kontemporer Jalan Panjang Tubuh dan Pikiranku.
Dedikasinya terhadap dunia seni juga terlihat di balik panggung. Pada 2007, Iga dipercaya sebagai Ketua Pelaksana Nugraha Bhakti Musik Indonesia (NBMI) ke-4, ajang penghargaan untuk insan musik tanah air. Tahun yang sama, ia juga menjadi Sekretaris Umum Solo International Ethnic Music Festival and Conference (SIEMFC), yang menghadirkan musisi etnik dari delapan negara serta sejumlah seniman tradisi dari berbagai daerah di Indonesia.
Di dunia musik, Iga juga bergabung dengan kelompok vokal 5 Wanita bersama Rieka Roeslan, Nina Tamam, Andien, dan Yuni Shara.
Pendidikan
Meski kariernya tengah bersinar, Iga tetap menempatkan pendidikan sebagai prioritas. Ketika masih tercatat sebagai mahasiswi jurusan Sastra Belanda di Universitas Indonesia, ia bahkan sempat menolak beberapa tawaran film dari Garin Nugroho serta kesempatan rekaman karena fokus menghadapi ujian tengah semester.
Kehidupan Pribadi
Perjalanan spiritual Iga Mawarni penuh liku. Terlahir dan dibesarkan dalam keluarga Katolik yang taat, ia mulai mempertanyakan keyakinannya ketika berinteraksi dengan teman-teman kampus yang memiliki latar belakang agama dan budaya berbeda. Setelah melalui proses panjang, Iga memeluk agama Islam pada 23 Maret 1994 di Malang, Jawa Timur.
Pada 21 Mei 2000, Iga menikah dengan Charles Rubiyan Arifin, seorang pengusaha di bidang jasa penerbangan. Dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai seorang putra yang lahir pada 22 Februari 2001.
Selain aktif di dunia seni, Iga juga pernah menjabat sebagai salah satu direktur di perusahaan studio animasi Bening Uro-Uro di Jakarta, bersama George Kamarullah, El Manik, dan Ali Reza.
0 Response to "Dari Geguritan ke Jazz: Jejak Karier Iga Mawarni"
Posting Komentar