Hari ini, Senin (14/3), usianya tepat 83 tahun. Tapi jangan kira usia membuat semangat dan kesehatannya rapuh. Lelaki yang terlahir dengan nama Sugito itu tampak bugar kala ditemui Espos di ruang kerjanya, Lantai II Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta, Jl Jenderal Sudirman 86, Jakarta Pusat, Kamis (10/3).
”Sekarang 83 tahun, saya malah sehat. Dulu malah tidak, kerap flu dan sebagainya,” ujar Sukamdani Sahid Gitosardjono. Maklum saja, kala berjuang meraih kesuksesan, Sukamdani hanya sempat tidur rata-rata tiga jam sehari. Kini tidak lagi. Pendiri Grup Sahid itu telah membagi perusahaan-perusahaan miliknya dalam empat divisi yang dikelola lima orang putra-putrinya, Sarwo Budi Wiyanti, Exacty Budiarsi, Nugroho Budisatrio, Hariyadi Budisantoso dan Sri Bimastuti Handayani.no
Keempat divisi Sahid Group itu adalah Divisi Bisnis dan Kesejahteraan, Divisi Pendidikan, Kebudayaan dan Keagamaan, Divisi Kesehatan dan Sosial Kemasyarakatan, serta Divisi Usaha Sejahtera Terpadu Padepokan Sahid Wisata Gunung Menyan. “Tiap-tiap divisi dipimpin anak-anak saya. Semua pelaksananya profesional,” ungkap Sukamdani.
Pengembangan Divisi Bisnis dan Kesejahteraan, menurut dia, berada di tangan Sarwo Budi Wiyanti dan Hariyadi Budisantoso. Setelah membuka Hotel Sahid Solo di tahun 1965, Sukamdani memang menebar usaha perhotelan, pariwisata dan properti di berbagai wilayah. Setelah Solo, Hotel Sahid juga dibangun di Jakarta, Jogja, Manado, Bali, Bandar Lampung, Toraja, Surabaya, Sorong, Mataram, Pekanbaru, Makassar dan Medan. “Untuk pengembangan properti dipimpin oleh Hariyadi, sedangkan perluasan jaringan perhotelan dan pariwisata sebagai core business dipimpin Yanti.”
Sementara itu pengelolaan dan pengembangan Divisi Pendidikan, Kebudayaan dan Keagamaan yang kini juga telah tersebar mulai dari Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Lampung, Bali hingga Bintan di Kepulauan Riau diserahkan Sukamdani kepada Nugroho Budisatrio. Sedangkan Divisi Kesehatan dan Sosial Kemasyarakatan ditangani Exacty Budiarsi.
Tanggung jawab pengelolaan Divisi Usaha Sejahtera Terpadu Padepokan Sahid Wisata Gunung Menyan yang belakangan ini menjadi perhatian utama Sukamdani dipercayakannya kepada istrinya, Juliah. “Usaha Sejahtera Terpadu dan Ponpes Sahid itu begitu besarnya tanggung jawabnya, dipegang oleh Bu Sukamdani dengan mengader anak kelima yang sekolah di Australia, Anda,” jelas dia.
Penuh dinamika
Kelompok usaha yang kini dikelola lima putra dan putri Sukamdani dan Juliah itu tentu saja tak dibangun dalam semalam. Sahid Group yang kini meraksasa tersebut adalah buah keberanian Sukamdani melangkah ke Jakarta pada tahun 1952. Kala itu, Sukamdani setelah terlibat dalam perang mempertahankan kemerdekaan berkarya sebagai pegawai Pamong Praja Sukoharjo. Tetapi gaji pas-pasan yang dia terima sebagai pegawai pamong praja membuatnya gundah. Pasalnya, gadis pujaan hatinya, Juliah, adalah putri orang berada.
Dia pun berketetapan hati untuk pindah bekerja, dari Kantor Kecamatan Grogol ke Kementerian Dalam Negeri, Jakarta. Dia berharap Jakarta bisa memberinya kesempatan kerja yang lebih baik sembari leluasa bersekolah di ibukota negara. Nyatanya, dinamika kerja dan penghasilan yang diperoleh Sukamdani di Kementerian Dalam Negeri tempatnya bekerja di Jakarta, belum membuatnya puas. “Suasana kantor tidak banyak dinamika. Padahal saya sebagai anak muda pejuang penuh dinamika. Maka saya ambil cuti di luar tanggungan negara untuk mulai bekerja di sektor swasta,” ujar Sukamdani mengungkapkan tekadnya di masa lalu itu.
Maka jadilah Sukamdani muda Kepala Bagian Administrasi pada NV Harapan Masa, perusahaan milik Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang tengah membangun percetakan. Setelah bekerja pada pagi hari, dia leluasa kuliah di Akademi Perniagaan Indonesia (API) pada sore hari. Tiga tahun Sukamdani mengabdikan diri membangun NV Harapan Masa, hasilnya memuaskan.
Keberhasilannya memajukan NV Harapan Masa itulah yang lalu menjadi pemicu kepercayaan diri Sukamdani untuk mulai membangun perusahaan percetakan sendiri. Dua mesin cetak yang digerakkan dengan tangan (handpress) dibelinya di Solo sebagai modal awal usaha percetakan tersebut.
Bertabur bintang
CV Masyarakat Baru, perusahaan percetakan yang dirintis Sukamdani dengan bantuan istri dan dua orang tenaga kerjanya maju pesat. Dari laba berlimpah usaha grafika itulah Sukamdani dan Juliah mulai meretas mimpi membangun hotel di Solo. Maka usaha grafika Sukamdani pun selanjutnya berjalan seiring dengan usaha perhotelan dan pariwisata.
Dari semula hanya ingin melihat kampung halamannya lebih maju, belakangan muncul kesadaran bahwa Hotel Sahid Solo adalah hotel pariwisata pertama milik swasta. “Lalu timbullah semangat saya mendirikan hotel yang lebih tinggi daripada hotel milik negara,” kisah Sukamdani soal awal pembangunan Hotel Grand Sahid Jaya, tempatnya berkantor mengendalikan bisnisnya kini.
Kini hotel yang bernaung di bawah Sahid Group bukan hanya dua dan semuanya berbintang. Bertaburan di berbagai wilayah Tanah Air. Perintisnya, Prof Dr KP H Sukamdani Sahid Gitosardjono, kini juga penuh bintang. Karena atas jasa dan pengabdiannya di berbagai bidang, banyak pihak memberikan penghargaan, mulai dari negara, asosiasi pengusaha ataupun swasta.
Profil
Nama : Prof Dr KP H Sukamdani Sahid Gitosardjono
Orangtua:R H Sahid Djogosentono dan R Ngt Hj Sadinah
Lahir : Solo, 14 Maret 1928
Agama : Islam
Istri : RAy Hj Juliah Sukamdani
Putra-putri :
* Dra KR Ay Hj Sarwo Budi Wiyanti
* Hj Exacty Budiarsi MBA
* KRT H Nugroho Budisatrio MBA BET
* KRT Ir H Hariyadi Budisantoso MM
* Hj Sri Bimastuti Handayani
Riwayat akademis :
* Volkschool di Sukoharjo, 1935-1941
* Ko Gakko (sekolah rakyat), tamat 1945
* Ambachtschool (sekolah teknik negeri) di Sukoharjo, 1945
* SMP Arjuna, Solo, 1945
* HIS Kasatrian, 1945
* Akademi Perniagaan Indonesia (API) Jakarta, 1955
* Gelar Doktor Honoris Causa dalam Ilmu Ekonomi dan Sosial, Pendidikan dan Ekonomi dari European University, Antwerpen, Belgia, 12 November 1986
* Gelar Profesor Guru Besar dalam Ilmu Ekonomi dari Luohe University, Henan, Republik Rakyat China, Tahun 1997
* Gelar Profesor Kehormatan dari Peking University, Beijing, Republik Rakyat China, 14 November 2001.
Riwayat pekerjaan :
* Pegawai negeri pada Pamong Praja Sukoharjo dan Kementerian Dalam Negeri di Jakarta, 1945-1953.
* Anggota Staf Pemerintah Militer Kabupaten Sukoharjo, KDM/BODM Sukoharjo, Divisi III, Diponegoro, 1945-1950.
* Pengusaha/presiden direktur/presiden komisaris/pemilik perusahaan-perusahaan dalam Sahid Group, 1953-sekarang.
* Pendiri/pemilik/pengurus berbagai yayasan yang bergerak di bidang pendidikan, kesejahteraan dan sosial, kebudayaan/spiritual, 1965-sekarang.
Jabatan kenegaraan :
* Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), 1987-1999.
* Wakil Ketua Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri pada Dewan Pertimbangan Agung (DPA), 1993-1998.
Bintang/tanda kehormatan/penghargaan:
* Bintang Mahaputra Utama, 1993
* Bintang Gerilya, 1990
* Satyalancana Pembangunan untuk keberhasilan membina dan mengembangkan koperasi/koperasi unit desa dan pengusaha kecil, 1996
* Satyalancana Kebaktian Sosial, 1996
* Satyalancana Peristiwa Perang Kemerdekaan I, 1959
* Satyalancana Peristiwa Perang Kemerdekaan II, 1959
* Satyalancana Gerakan Operasi Militer I, 1959
* Satyalancana Gerakan Operasi Militer VI, 1959
* Surat Tanda Jasa Pahlawan dalam Perjuangan Gerilya Membela Kemerdekaan Negara Republik Indonesia, 1959
* Satyalancana Penegak, 1971
* Bintang Legiun Veteran Republik Indonesia, 1992
* Piagam Sebutan Pewaris Kehormatan Miniatur Indonesia “Indonesia Indah” Warana Bhakti dan Krida Bhakti, 1975
* Penghargaan Anugerah Wisata Indonesia dari Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi, 1988
* Piagam Bhakti Koperasi dan Pengusaha Kecil dari Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil, 1995
* Penghargaan Investasi Wreksa Parahita dari Menteri Negara Penggerak Dana Investasi/Ketua BKPM, 1995
* Piagam Penghargaan Upakarti atas pengabdian membina dan mengembangkan industri kecil dan kerajinan, 1996
* Penghargaan Tertinggi Musyawarah Nasional Kadin Indonesia Tahun 1988
* Penghargaan Peniti Emas Peringatan HUT ke-25 Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi), 1997
* Anugerah Karya Bhakti Utama Wisata dari Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI), 1997
* Piagam dan Bintang Budaya dari Pusat Lembaga Kebudayaan Jawi Surakarta, 1996
* Piagam Penghargaan dan Mendali Perjuangan Angkatan 45, 1995
* Piagam Penghargaan dan Mendali Kamar Dagang dan Industri Tingkat I Jakarta, 1997
* The Order Of The Rising Sun, Gold and Silver Star dari Pemerintah Jepang, 1993
* People’s Friendship Ambassador (Duta Persahabatan Rakyat) dari The Chinese People’s Association for Friendship with Foregn Contries Republik Rakyat China, 1994
* Syariah Award dari PT Bank Muamalat, Majelis Ulama Indonesia dan Bank Indonesia, 2003.
* Piagam Gelar Kehormatan Pangkat/Sesebutan Kanjeng Raden Haryo (KRH), dari SIJ Mangkunagoro VIII, 1987.
* Piagam Gelar Kehormatan Pangkat/Sesebutan Kanjeng Pangeran (KP), dari SISKS Pakoe Boewono XII, Keraton Surakarta Hadiningrat, 16 September 2001.
Sumber: Sejarah perjalanan hidup meraih prestasi Sukamdani SG: Wujud sebuah bakti (bis)
Oleh : Y Bayu Widagdo, Rahmat Wibisono, Fetty Permatasari
Dari timur ke barat laksana matahari
Sukoharjo dan sekitarnya adalah kampung halaman tak terlupakan bagi Sukamdani Sahid Gitosardjono. Di Kampung Carikan, Desa Jetis, Sukoharjolah dia dilahirkan.
Di Sukoharjo pula cucu Raden Demang Djogokarso ini tumbuh dengan pendidikan formal volkschool (sekolah rakyat) hingga ambachtschool (sekolah teknik tinggi) serta ajaran nonformal orangtua yang tak bosan memberikan nasihat bijaksana.
Kedekatan Sukamdani dengan Soloraya selanjutnya tercermin pada pilihannya atas mesin cetak kala memulai usaha di tahun 1955. Padahal kala itu, mesin sejenis buatan China juga tersedia di pasaran. Nyatanya dia lebih memilih mesin merk Dewako bikinan Pasar Kliwon. “Alasannya, karena saya dari Solo, saya belinya mending di Solo,” tukas Sukamdani yang mengaku mendapatkan potongan harga cukup signifikan karena dia dikenal oleh kalangan pengusaha Solo kala itu.
Bakti Sukamdani bagi kampung halamannya kembali tercurah kala dia memilih Solo sebagai kota pertama lokasi hotel Grup Sahid di tahun 1961. Catatan tak kalah penting terkait bakti Sukamdani bagi daerah asalnya adalah pelaksanaan Bimbingan Massal Swasta (Bimasta) PT Sahid di Sukoharjo pada tahun 1968. Proyek pertanian ini digagas Sukamdani karena menyadari bahwa sebagian wilayah Kabupaten Sukoharjo sejak dulu mengandalkan air hujan untuk mendukung tanam padi.
Demi mendukung peningkatan dinamika ekonomi Soloraya, Sukamdani pada tahun 1971 berhasil menuntaskan pemugaran Pasar Slompretan menjadi Gedung Bursa Tekstil Nasional Pasar Klewer. Berbagai lembaga pendidikan dan media massa juga didirikan Sukamdani di tanah kelahiran.
Sesuai petuah bijak orangtua yang melekat dalam ingatannya, Sukamdani melalui Yayasan Mangadeg Surakarta yang dibentuk bersama Pak Harto, Ibu Tien dan Sri Mangkunegoro VIII, Sukamdani pada tahun 1971 memugar Kompleks Astana Giribangun tempat para leluhurnya dimakamkan. Pada tahun 2001, Sukamdani juga aktif membantu SISKS Pakoe Boewono XII memugar Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Meskipun begitu banyak catatan bakti Sukamdani bagi tanah kelahirannya, dia tegas menolak keberhasilannya hanya untuk Soloraya. Dipaparkannya, jejaring Hotel Sahid berada di berbagai pelosok wilayah Tanah Air, demikian pula unit usaha lainnya. Bahkan belakangan Sukamdani dan keluarga tampak begitu perhatian dengan Divisi Usaha Sejahtera Terpadu Padepokan Sahid Wisata Gunung Menyan di Bogor, Jawa Barat.
Diawali dengan pembukaan Pondok Pesantren Modern Sahid Gunung Menyan pada tahun 2000, kini di kawasan seluas 70 ha itu telah dilengkapi Sekolah Tinggi Agama Islam Terpadu (STAIT) Modern Sahid.
Ditanya mengapa dia tak mendirikan pondok pesantren itu di tanah kelahiran, Sukamdani tegas menyatakan bahwa selama ini dirinya senantiasa mendahulukan Sukoharjo, Soloraya dan Jateng. Namun diingat pula olehnya bahwa Sukamdani adalah warga bangsa Indonesia yang harus pula membangun wilayah lain di Tanah Air.
“Saya senantiasa mempertimbangkan alam. Matahari kan bergerak dari timur ke barat, saya juga demikian. Saya kan dari timur lalu ke barat, makanya saya pilih Gunung Menyan. Selanjutnya Gunung Menyan ini diharapkan menyinari semua wilayah, menjadi inspirasi dorongan nasional,” tutur Sukamdani .
Memulihkan hubungan dagang Indonesia-China
Retaknya hubungan politik Republik Indonesia dan Republik Rakyat China sejak peristiwa 30 September 1965 menjadikan perdagangan di antara kedua negara tak optimal.
Meskipun tak pernah ada hubungan perdagangan resmi di antara kedua negara, pada kenyataannya barang-barang buatan China tetap beredar di Indonesia, demikian pula sebaliknya.
”Jadi hubungan itu sama saja, hanya saja melalui negara ketiga, seperti Singapura, Hong Kong dan Jepang,” jelas Sukamdani Sahid Gitosardjono yang pada tahun 1984 memrakarsai pemulihan hubungan dagang Indonesia-China.
Prakarsa didasari pemikiran hubungan tak langsung antara kedua negara menyebabkan haga barang, pengiriman, pemilihan kapal pengangkut dan syarat-syarat lain ditentukan oleh pihak perantara. Alhasil konsumen di kedua negara tak pernah mendapatkan harga wajar.
Namun di masa Orde Baru, langkah merajut kembali hubungan yang hampir dua dasawarsa retak bukan hal gampang. Risiko terburuk diambil Sukamdani yang pada tahun 1984 tercatat sebagai anggota Dewan Kehormatan Kamar Dagang dan Industri (Kadin). Dia memilih organisasi pengusaha itu sebagai pintu masuk pemulihan hubungan dagang antara kedua negara raksasa ini. ”Saya mengusulkan kepada Pak Harto (Presiden HM Soeharto-red), lalu saya dibilangin sama Pak Harto, ’Ndak gampang lho Pak Kamdani,’ tapi saya jawab, ’Kalau gagal saya yang tanggung, kalau berhasil untuk kepentingan pembangunan’,” kisah Sukamdani.
Nyatanya, upaya Sukamdani bersama Kadin itu membuahkan hasil manis. Pada 5 Juli 1985, Kadin dan China Council for The Promotion of International Trade (CCPIT) dengan persetujuan pemerintah negara masing-masing menandatangani nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) pembukaan kembali hubungan dagang langsung. Penandatanganan MoU itu dilakukan di Hotel Sangri-La Singapura oleh Sukamdani yang mewakili Kadin dan Rong Fengxiang selaku Kepala Perwakilan Perdagangan China di Singapura.
Pemimpin yang kebapakan
Tiga puluh lima tahun bergabung di Sahid Group bukanlah waktu yang singkat. Tapi Haryono Hadikusumo, 64, merasa masih banyak ilmu yang belum dicecapnya selama 35 tahun berkarya di Grup Sahid, utamanya Ilmu Kepemimpinan Sukamdani Sahid Gitosardjono.
“Karena kepemimpinan beliau bagus sekali. Memimpin dengan sangat kebapakan dan selalu berorientasi pada visi misi,” ujar lelaki yang mengawali karier di Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta 35 tahun lalu sebagai manajer restoran ini.
Karena itulah meskipun telah memasuki masa pensiun, Haryono tetap bersemangat berkiprah di Sahid Group. Ia kini menjadi Ketua Bidang Pendidikan Yayasan Sahid Jaya Cabang Solo.
Saking banyaknya keteladanan yang Sukamdani contohkan, kata Haryono, lantas menginspirasi orang-orang yang berada di Bidang Pendidikan Sahid Group untuk menyusun buku berjudul Wasito Adi yang berisi petuah-petuah Sukamdani. “Saya ikut menyusun. Isinya piwulang, piweling lan piwaler. Merupakan kumpulan nasihat bapak selama ini,” ungkap Haryoto yang saat dihubungi Espos Minggu (13/3), tengah berada di Jakarta
Nguwongke uwong
Sebagai karyawan yang telah bergabung selama 16 tahun di Sahid Group, Joko Sadoso Priyo, 47, amat kagum dengan gaya kepemimpinan Sukamdani yang selalu memberikan ilmu bagi bawahannya dengan memegang teguh prinsip nguwongke uwong.
“Saat memberi pengarahan kepada bawahan, beliau tidak pernah marah. Kalau mengerjakan apapun begitu detail,” ungkap warga Karangasem RT 1/RW IV yang tujuh tahun menjadi ajudan Sukamdani itu ini.
Salah satu contoh ketelitian Sukamdani, kata Joko yang dihubungi Espos, Minggu (13/3), terlihat saat akan mengadakan acara resmi. Sukamdani dengan cermat menunjukkan bagaimana mengatur tempat duduk pejabat yang hadir. Joko ingat, suatu ketika ada acara di Solo yang akan dihadiri gubernur dan Sihunun Pakoe Boewono XII.
“Bapak meminta agar Sinuwun lebih diposisikan istimewa ketimbang gubernur. Karena acara berada di Solo,” ungkap lelaki yang mengawali karier sebagai Duty Manajer di Hotel Sahid Raya Solo pada 1995 ini.
Bagi Joko, di hari ulang tahun Sukamdani ini, ia hanya berharap semoga gurunya itu bisa panjang umur sehingga semakin lebih banyak lagi menularkan ilmu kepada karyawan-karyawannya.
Home » Uncategories » Prof Dr KP H Sukamdani Sahid Gitosardjo Dari dua mesin cetak kini bertabur bintang
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Prof Dr KP H Sukamdani Sahid Gitosardjo Dari dua mesin cetak kini bertabur bintang"
Posting Komentar