Sentuhan tangannya berhasil meningkatkan kinerja BRI secara signifikan. Kinerja yang begitu baik itu telah menghantar Initial Public Offering Bank Rakyat Indonesia (IPO BRI) sukses besar. Bank 'Wong Cilik" ini pun segera meluncurkan obligasi subordinasi rupiah awal Januari 2004. Sebelumnya, ia menerima penghargaan sebagai CEO BUMN Terbaik 2003. Sementara BRI yang dipimpinnya juga mendapat penghargaan sebagai BUMN terbaik di sektor keuangan.
Rudjito yang sudah malang melintang lebih dari 26 tahun di dunia perbankan, optimis bahwa BRI (Bank Rakyat Indonesia) akan menjadi bank yang terdepan di Indonesia.ejak bergabung dengan bank "wong cilik" BRI pada 17 Juli 2000, sebagai Direktur Utama, Rudjito bersama enam direksi baru lainnya berhasil menggenjot laba bersih bank ini dari Rp 11 miliar menjadi Rp 335 miliar, satu setengah tahun kemudian.
Bahkan kinerja Bank BRI ini sampai triwulan ketiga 2003, telah berhasil meraih laba usaha sebelum pajak sebesar Rp 2,7 triliun. Laba usaha yang dibukukan pada periode Juli hingga September sebesar Rp 935 miliar. Laba usaha yang mencapai Rp 2,7 triliun itu meningkat sebesar 104,23 persen dibandingkan dengan periode sama tahun 2002, sebesar Rp 1,316 triliun. Besarnya laba ini terutama dari peningkatan pendapatan bunga.
Hingga triwulan ketiga 2003, Bank BRI membukukan pendapatan bunga bersih (net interest income) sebesar Rp 5,7 triliun dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rp 4,456 triliun. Dari jumlah Rp 5,7 triliun tersebut, sebesar Rp 3 triliun di antaranya merupakan pendapatan bunga di luar obligasi pemerintah yang masih berjumlah Rp 27 triliun.
Dengan laba usaha sebesar Rp 2,7 triliun itu, return on aset Bank BRI mencapai 4,04 persen, sedangkan periode yang sama tahun lalu sebesar 2,23 persen. Return on equity sebesar 45,23 persen yang sebelumnya sebesar 49,90 persen dan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) sebesar 17,56 persen, sebelumnya 12,58 persen.Sementara, dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun hingga 30 September 2003 sebesar Rp 73,598 triliun. DPK tersebut didominasi tabungan dan giro sebesar 59,55 persen. Outstanding deposito 40,45 persen atau Rp 29,773 triliun.
Pinjaman yang disalurkan juga makin meningkat. Hingga akhir September 2003 tercatat sebesar Rp 45,617 triliun atau meningkat 18,81 persen dari periode sama tahun 2002 sebesar Rp 38,395 triliun. Dengan outstanding kredit tersebut, rasio pinjaman terhadap simpanan (loan to deposit ratio/ LDR) Bank BRI sebesar 61,98 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu sebesar 60,32 persen.
Lebih menarik lagi, kucuran kredit kepada usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) sebesar 86,25 persen. Hal ini semakin mengukuhkan Bank BRI tetap pada komitmen mengutamakan bisnisnya terhadap UMKM.
Melihat kinerja bank yang baru saja go public ini, tak mengherankan jika BRI juga mendapat penghargaan sebagai BUMN terbaik dari sisi keuangan, pertengahan September lalu.
Peningkatan kinerja yang demikian signifikan ini merupakan hasil sentuhan tangan Rudjito bersama direksi BRI lainnya, yang juga telah berhasil mengantarkan bank ini go public.
ObligasiSelepas keberhasilan go public BRI yangtelah listing di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) sejak 10 November 2003 lalu, BRI juga segera meluncurkan Obligasi Rupiah pada awal Januari 2004 ini.
Rudjito dalam percakapan dengan dengan wartawan TokohIndonesia Dotcom berharap pasar dapat menyerap obligasi subordinasi rupiah BRI ini.
Menurut alumni Fakultas Ekonomi UGM (1972) ini nilai obligasi subordinasi BRI itu sebanyak-banyaknya Rp 1 triliun, tetapi tampaknya hanya akan diterbitkan sebesar Rp 500 miliar. Untuk obligasi rupiah ini Trimegah Securities, AAA Securities, dan Danareksa Sekuritas bertindak selaku penjamin pelaksana emisi.
Sehubungan dengan itu, pada 10 Desember 2003, Bank BRI melakukan pemaparan publik untuk menjelaskan lebih rinci lagi berapa kisaran harga dan imbal hasil yang akan ditawarkan kepada para calon investor. Sedangkan jangka waktu obligasi subordinasi ini adalah lima tahun dengan opsi perpanjangan lima tahun lagi.
Rudjito menjelaskan, penerbitan obligasi subordinasi dalam dollar AS sebesar 150 juta dollar AS dan obligasi subordinasi rupiah ini dimaksudkan untuk mendukung pertumbuhan bisnis Bank BRI sebesar 18 hingga 20 persen per tahun mulai tahun 2004. Juga untuk mengantisipasi pemberlakuan Bassel Accord II yang mengharuskan bank memasukkan risiko pasar ke dalam risiko kredit.
Kenal BRI Sejak KecilLelaki kelahiran Klaten 56 tahun silam ini sejak kecil sudah mengenal dekat BRI. Waktu itu, ayah Rudjito memiliki usaha jahitan dan menjadi nasabah loyal BRI Klaten. Bahkan BRI unit, yang kantornya terletak di seberang rumah Rudjito, itu tidak bosan-bosan menawarkan kredit tambahan kepada ayahnya. Dari pengalaman masa kecilnya itulah, Rudjito mempunyai keyakinan bahwa BRI adalah bank "wong cilik" yang layak untuk diperjuangkan kebesarannya.
Sejak menduduki jabatan sebagai Dirut BRI, bapak tiga anak ini langsung mengenalkan tiga prinsip kepada bawahannya. Ketiga prinsip tersebut adalah membangun komuni-kasi interaktif dengan karyawan, membangun budaya berpikir positif, serta menggalang kerjasama tim. Ketiga prinsip ini ia ramu dengan penyampaian visi dan misi BRI secara luas.
Setelah empat bulan, performance BRI meningkat, jauh lebih tinggi dari yang ditargetkan.
Pria yang menjabat sebagai Pimpinan Asosiasi Para Banker ASEAN (2001-2003), ini dalam berinteraksi dengan karyawan, tidak menyukai adanya batas antara anak buah dengan atasan. Meskipun semula ada sikap skeptis dari orang lama BRI tentang keandalannya dalam memimpin bank ritel terbesar di Indonesia itu, Rudjito mengatasinya dengan berpikir positif.
Ia mengutamakan terciptanya komunikasi yang lancar antara atasan dengan bawahan dengan membuka pintu bagi setiap karyawan BRI untuk menyampaikan aspirasinya melalui telepon kantor maupun telepon genggamnya yang selalu berada dalam posisi stand by setiap saat ataupun melalui e-mail. Dalam setiap acara internal perusahaan pun Rudjito tidak tampil kaku. Ia malah sering tampil sebagai penyanyi ketimbang berpidato sebagai pimpinan.
Keteguhan memegang prinsip, dedikasi dan kemampuan memben-tuk tim yang solid, membuatnya menjadi bintang pada acara Indonesia BUMN Expo 2003. Ia tidak saja terpilih sebagai CEO BUMN terbaik untuk tahun ini, tapi bank yang dipimpinnya juga terpilih sebagai BUMN keuangan terbaik. Ikut terpilih bersama Rudjito adalah Dadang Heru Kodri (Direktur Utama PT Pupuk Kujang) dan Deddy Aditya Sumanegara (Direktur Utama PT Aneka Tambang). Itulah hasil pemilihan yang dilakukan Kementerian BUMN bersama Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LM-FEUI), Institut Pengembangan Manajemen Indonesia (IPMI), dan Universitas Al Azhar Indonesia terhadap 20 nominasi BUMN termasuk CEO-nya.
Ketua Dewan Juri, Ruslan Prijadi, direktur Lembaga Manajemen FE Universitas Indonesia, menilai Rudjito seorang atasan yang tahu masalah dari atas sampai bawah. Ia menilai Rudjito mampu menularkan visi misinya kepada bawahannya. Hal ini telah menjadi salah satu faktor penting dalam kepemimpinan mantan Direktur Korporasi dan Internasional Bank Dagang Negara dan Ketua Asosiasi Para Banker ASEAN 2001-2003 in
====Riwayat Hidup RudjitoNama: Rudjito Umur:58 tahunPendidikan:Fakultas Ekonomi UGM, Yogyakarta, 1972Pendidikan non formal:International Correspondent Banking (Chicago-USA)International Banking and Finance (Los Angeles-USA)Derivative Product and Capital Market Instruments (New York-USA) School for Bank Leadership (IBI-Jakarta)Pekerjaan:Direktur Korporasi dan Internasional Bank Dagang Negara (2000)Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia (Juli 2000 - sekarang)Organisasi:Ketua Perhimpunan Bank-bank Negara (Himbara)Ketua Komite Pendidikan di Indonesian Bankers Institute (IBI) JakartaKetua Federation of Indonesian Association of Banks (FIAB)Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi IndonesiaAnggota Supervisory Board of Asia Pacific Rural and Agriculture Credit Association (APRACA) Consulting Service Ketua Asosiasi Para Banker ASEAN 2001-2003
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Matang di Dunia Perbankan"
Posting Komentar